AsiaButterflyTraveler.com- Suatu kisah yang tidak pernah aku lupakan! Beberapa
tahun lalu, aku pernah berkunjung ke sebuah tempat terpencil yang bernama Desa
Mukut. Perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai Desa Mukut itu sangat panjang,
aku harus menyeberang terlebih dahulu dari Kota Tanjungpinang ke Negara
Malaysia. Sampai di sana, dilanjutkan naik bus menuju Kota Mersing. Kemudian
nyeberang kapal feri ke Desa Genting, lalu lanjut ke Desa Mukut menggunakan
speed boat. Perjalanan melelahkan ini, berakhir dengan santapan sarapan lezat
di pondok pesisir pantai Desa Mukut; menikmati nasi lemak di sana sungguh
menyenangkan.
Nasi lemak ini menurut aku
merupakan makanan legendaris hahaha. Pasalnya, sejak zaman Mama aku
masih kecil hingga usia aku seperti (ini), nasi lemak itu masih ada dan sudah
mulai mengikuti perkembangan zaman dengan pelbagai varian isi yang beragam. Meskipun,
sewaktu aku masih kecil makan nasi lemak itu variannya hanya nasi lemak, telur,
sambal dan sambal goreng tempe yang rasanya pedas, manis gitu, plus kriyuk.
Sewaktu berada di negara
tetangga, aku juga merasa surprise, ketika mereka juga menyajikan nasi lemak
yang isinya juga hampir sama dengan di Indonesia. Nasi yang di masak
menggunakan santan. Sehingga, nasi biasa ini menjadi gurih dan lezat. Cocok di
santap dengan irisan telur dadar yang di goreng, sambal yang berwarna merah
dengan rasa pedas tetapi juga bisa merasakan rasa manis pada sambal. Ayam, ini
varian baru biasanya, kalau zaman aku “Cuma” endok atau bahkan sambal goreng
kering tempe atau kentang. Kemudian diberikan kerupuk.
Nah, sewaktu aku makan nasi
lemak di Desa Mukut, aku tidak mendapatkan telur goreng atau telur rebus.
Namun, pengganti itu semua aku mendapatkan nasi lemak yang sudah dibumbui
santan dan beberapa rempahan lainnya, sepotong ikan kecil yang di beri sambal.
Kemudian, diberikan irisan mentimun dan kerupuk. Rasanya lezat banget, ketika
menyantap nasi lemak di pagi hari sambil memandang lautan yang berwarna biru
dan jernih sekali.
Bahkan, sesekali suara deburan
ombak menghantam batu karang yang ada di pesisir pantai. Berbincang dengan
orang lokal yang juga sedang menikmati sarapan di warung ibu ini. Uniknya, Desa
Mukut ini orangnya tidak egois, untuk pagi hanya dua kedai saja yang buka.
Sedangkan makan siang hanya satu warung yang buka. Padahal potensi untuk
membuka warung itu sangat luas.
Meskipun begitu, aku suka
banget menikmati nasi lemak di Desa Mukut. Ada kerinduan untuk kembali berlibur
di Pulau Tioman. Namun, sayangnya itu hanyalah mimpi! Pasalnya, biaya untuk ke
sana itu lumayan bagi aku yang saat ini sedang mengalami pasang surut
perekonomian. Sehingga untuk nabung balik ke Pulau Tioman di rasa sayang.
Pasalnya ingin mencoba nasi lemak di beberapa tempat seperti di Johor Bahru,
aku pernah makan nasi lemak legendaris. Waduh yang ngantri lumayan. Uniknya,
lauknya kita bisa memilih sendiri.
Sudah pasti dong ya, harganya
berbeda jika kita pilih ayam atau daging dibanding nasi lemak standar. Kala
itu, aku baru tahu nasi lemak legendaris alias yang terkenal di Johor Bahru,
Malaysia itu berawal dari teman couch surfing yang berlokasi di Singapura.
Namun, entah kenapa dia ingin meet up dengan aku; begitu tahu aku berada di
Johor Bharu mengunjungi sepupu aku yang menikah dengan orang Malaysia.
Alhasil, dia ajak aku keliling
di beberapa tempat dan yang paling tak terlupakan menikmati nasi lemak yang
ngantrinya lumayan. Nasinya gurih sekali, apalagi sambalnya pas banget di lidah
aku yang ada rasa pedas dan manis. Duh, kalau ke Johor Bharu mah gampang
banget! Namun, makan nasi lemak di pesisir pantai dan memandang ikan berenang
itu hanya bisa ku nikmati di Desa Mukut. Kenangan yang tak akan pernah aku
lupakan. Apalagi aku pergi ke sana bareng sahabat aku semasa aku jadi jurnalis
dulu di Batam. Pernah kah teman menikmati nasi lemak yang tak pernah dilupakan?
Share yuk!
Be traveler as the way you are
XOXO
Visit my storycitra, kitabahagia, jejak cantik, petunjukhidup, ngerumpi blog
No comments