AsiaButterflyTraveler.com- Aku masih teringat, sewaktu aku mau kuliah di
Yogyakarta puluhan tahun lalu. Beberapa keluarga merasa tidak yakin, kalau aku
bisa mengurus diri sendiri. Ya, merantau meskipun untuk mengenyam pendidikan
adalah titik awal di mana menjadikan aku pecinta jalan-jalan. Memang, hal ini
tidak semudah mengatakannya. Ada banyak hal yang mengubah hidup aku, ketika aku
harus merantau untuk pertama kalinya.
Merantau Menjadikan Aku Mandiri
Meskipun sudah duduk di bangku
SMA; terkadang kalau sudah terlambat bangun dan tidak sempat sarapan. Mama
pasti duduk di samping aku yang sedang memakai sepatu. Mama menyuapi aku agar
aku bisa sarapan. Meski sedikit, kalau pagi perut wajib di isi. Begitulah pesan
Mama. Nah, sejak merantau segala urusan perut hingga keperluan pribadi. Aku
harus mengurus semuanya seorang diri. Apalagi aku tinggal di kost yang berisi
25 perempuan dari pelbagai daerah. Perbedaan bahasa dan cara pandang menjadikan
aku memahami makna pertemanan.
Ahli Keuangan
Bayangkan saja, sebelum
merantau segala keperluan pribadi selalu Mama yang mengurus; mulai dari belanja
bulanan. Aku hanya menerima bersih saja, menyimpan uang jajan. Nah, sekarang
aku harus pandai mengelola keuangan. Jika tidak, uang mingguan yang di kirim
untuk belanja keperluan makan dan kuliah, bisa habis dan kalau habis tidak
semudah itu meminta uang pada Mama. Bisa berabe! Nah, titik balik pandai
mengatur keuangan ya, lantaran merantau ini. Aku harus pandai membuat buku
pengeluaran. Berapa uang yang aku butuhkan untuk makan sehari tiga kali; biaya
transportasi; biaya jalan-jalan; biaya keperluan bulanan seperti sabun mandi,
cuci baju dan sebagainya.
Di mulai dari sinilah, aku
belajar pembukuan. Alhasil, minggu pertama, kedua hingga dua bulan kedepan; aku
mengalami minus pengeluaran. Bagaikan pepatah lebih besar pasak dari pada
tiang. Lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan. Awalnya, aku pandai meminta
kekurangan uang melalui Papa. Aku bilang Papa, jangan sampai Mama tahu ya! Papa
kan sayang aku, jadi Papa selalu memberikan apa yang aku mau.
Namun, aku tidak suka! Harus
minus dan selalu meminta Papa. Apalagi gaya hidup aku mulai berubah. Aku jadi
demen koleksi buku! Mumpung, Mama tidak di samping aku. Aku bisa tidak makan
hanya untuk membeli buku the series chicken soup. Tentunya, di satu sisi ini
baik, tetapi di sisi berikutnya ini juga tidak baik! Mulaiah aku mengatur,
biaya sarapan pagi berapa; biaya laundry; biaya makan siang; malam puasa
hahaha. Beli buah saja, kebetulan di Yogyakarta itu murah sekali buah potong
yang segar. Pagi selalu sarapan roti dan susu segar yang lewat depan kos. Akhirnya
aku belajar menekan biaya pengeluaran makan agar aku bisa menabung untuk
membeli buku. Masalah keuangan sudah diatasi.
Keluar Dari Zona Nyaman
Dulu, mana mau aku keluar
kalau tidak di antar. Eh, sejak merantau tanpa memiliki kendaraan pribadi. Aku
harus keluar dari zona nyaman dan berjuang untuk bisa survive naik angkutan
umum. Bayangkan saja berdesak-desakan, bahkan harus berdiri. Plus, harus
waspada terhadap pencopet. Apalagi, jika harus pergi naik bus kota dan ke pasar
bringharjo. Sudah banyak kejadian, kala itu teman sering kecopetan. Aku pun
berusaha untuk menjaga diri dan uang yang tidak seberapa itu untuk menghasilkan
buku yang kubutuhkan. Kebetulan, banyak sekali buku yang di jual harga miring
dari toko buku utama yang terkenal. Sebab, toko buku kecil tidak butuh bayar
pajak dan sewa tempat mahal bukan? Sehingga harga buku jadi lebih miring dengan
kualitas sama seperti di toko besar. Terbukti, buku aku masih banyak yang bagus
kualitasnya sampai sekarang.
Mempelajari Pribadi Teman
Banyaknya bergerak tentu saja
membuat tubuh berkeringat dan bau! Untung saja, aku selalu memiliki senjata
ampuh agar tubuh aku tetap segar dan tidak bau. Jadi, aku pun tetap merasa
percaya diri untuk berteman dengan siapa saja. Tidak heran, aku gampang sekali
memiliki teman. Meskipun hanya sekedar bercakap-cakap. Sebab, teman dekat aku
hanya beberapa saja dan hingga sekarang kami masih bersahabat. Untung ada
teknologi sosial media yang menjadikan persahabatan tanpa jarak, terbukti
ampuh!
Dulu, aku adalah sosok pribadi
yang egois. Namun sejak merantau, aku belajar menghargai dan toleransi sesama
teman. Bahkan, aku jadi pandai memahami karakter A, B dan C. Sehingga tidak
heran, beberapa teman suka mengajak aku pulang kampung setiap Idul Fitri atau
bahkan liburan kuliah ke rumah mereka. Maklum, aku termasuk orang yang tidak
demen pulang ke rumah sendiri.
Perasaan kala itu, koq sayang
banget ya kalau pulang ke Tanjungpinang, Kepri; ketika berada di tanah Jawa
yang luas. Jadinya, setiap dua tahun sekali aku pergi ke mana saja. Nah, di
sinilah keinginan terbesar aku mulai terpupuk; merantau membuat aku ingin
menjadi seorang traveling dan mengenal banyak orang dan berbagai hal yang
menarik di daerah lain.
Berawal dari Yogyakarta
membuat aku jalan-jalan ke Semarang, lalu dilanjutkan ke Magelang hingga ke
daerah Jawa pelosok. Aku pun mengenal tiap keluarga teman yang memiliki ciri
khas yang berbeda. Hal itu membuat aku memahami makna keluarga.Aku memahami keputusan dan
perbedaan pendapat. Padahal dulu, aku harus selalu menang berdebat. Namun, kali
ini aku belajar mengalah bukan untuk kalah! Ada satu titik dimana kita harus
memperjuangkan apa yang menjadi keinginan. Bukan berarti menjadi egois, sebab
ada kalanya apa yang kita harapkan belum tentu menjadi nyata.
Bagi orang tua jangan takut
apabila memiliki anak yang manja dan tidak bisa apa-apa untuk dibiarkan pergi
merantau. Mereka akan belajar dengan sendirinya. Awalnya memang sulit, awalnya
aku sering menangis. Lantaran menu makanan tidak sesuai selera. Apalagi Yogyakarta
sup aja terasa manis. Tidak sesuai selera lidah yang suka asin. Namun, aku
belajar mencari solusi dari persoalan satu ini! Jika, aku tidak merantau
mungkin sampai saat ini aku tidak bisa apa-apa.
Bahkan, pernah seorang teman
mengatakan pada aku, “Apa kamu yakin akan melakukan perjalanan selama 30 hari
seorang diri?” Ketika teman masa kuliah yang mengenal aku sebagai sosok anak
yang manja membaca status di facebook aku! Tentu saja, aku jawab tentu saja aku
yakin dan berani melakukan perjalan seorang diri. Semua itu aku pelajari dari
merantau. Meskipun awal mula aku merantau lantaran harus melanjutkan pendidikan
dari tingkat SLTA menjadi anak kuliahan.
Kemudian, aku lulus dan
merantau ke Batam menjadi seorang jurnalis untuk koran harian yang terbit di
Kepulauan Riau. Perjalanan merantau aku tidak hanya sampai di Batam saja,
tetapi panjang sepanjang hembusan nafas kelegaan ketika aku melihat diri aku
yang sekarang. Aku bukan lagi anak manja yang tidak bisa apa-apa. Melainkan aku
seorang yang melakukan apapun secara mandiri, meskipun kata “manja” itu masih
ada ketika berada di rumah.
Percayalah, merantau
menjadikan seseorang pribadi yang luar biasa. Hal itu seperti kamu melihat
pribadi yang lain, tidak seperti orang yang kamu kenal! Sebab merantau membuat
kamu menjadi seorang yang mandiri, berpendirian, pejuang, menghargai keluarga,
menghargai waktu, dan masih banyak hal lainnya. Kalau kamu sendiri, hal sulit
apa yang kamu alami ketika harus merantau untuk pertama kalinya?
Be traveler as the way you are
XOXO
Visit my storycitra, kitabahagia, jejak cantik, petunjukhidup, ngerumpi blog
Sejujurnya dgn merantau kita akan mendapati banyak cerita dan pengalaman. Lebih mengerti bagaimana bertahan hidup secara mandiri
ReplyDeleteBener juga ya, kak. Temen-temenku yang merantau, rata-rata lebih semangat eksplorasi tempat tinggal (sementara) mereka. Malah jadi kaya turis lokal yang sampe lebih tau kondisi daerah dibanding yang emang orang daerah asli. Adikku yang merantau di Malang pun gitu. Sampe jadi tour guide karena sering muterin Malang dari ujung ke ujung.
ReplyDeleteSalut sangat kakak, dengan perjuangan dan perubahan positif yang terjadi ketika jauh dari orang tua. Memang ketika kita jauh dari orang tua, itulah saatnya di mana kita belajar mengurus apapun secara mandiri. Sukses terus kakak
ReplyDeleteSetuju banget Kak Citra Merantau membuat kita lebih Mandiri saya pertama kali Merantau merasa bebas sebebas-bebasnya melakukan apa aja. Tapi di satu sisi juga tetap harus menjaga kepercayaan orang tua yang membebaskan kita tinggal jauh darinya.
ReplyDeleteSetuju. Merantau memang menjadikan kita pribadi yang luar biasa. Saya sudah membuktikannya, karena saya juga mantan anak rantau.
ReplyDeleteSaya bangett inii. Jadi anak mama, anak manja, anak rumahan. Jd ketagihan traveling krn hal yg samaa. Thanks sharingnya kak
ReplyDeleteIdem, Kak. Saya pun mengalami ini semua saat merantau. Kita menjadi lebih bisa memaklumi perbedaan dan mudah beradaptasi.
ReplyDeleteTerkadang dengan merantau bisa merubah sikap seseorang dari anak manja berubah menjadi mandiri.
ReplyDeleteWAh, sama mbak. Kami juga jadi family traveler gara-gara menjadi penrantau. Apalagi merantaunya kami juga nomaden. 8 tahun menikah dah tinggal di 6 kota besar di pulau sumatera. Jadi bisa jalan-jalan dari aceh sampai lampung.
ReplyDeletekehidupan sesungguhnya justru akan kita rasakan saat kita sudah merantau. sebab kita akan memnetukan pilihan sendiri, dan mengatur semuanya sendiri. so, anak rantau itu hebat :)
ReplyDeleteBaca kayak gini di masa pandemi, jadi kangen travelling huhu. Emang kalau kita merantau itu mau nggak mau life skill kita jadi terasah
ReplyDeleteMerantau bikin kita jadi lebih mandiri dan berani dalam menghadapi kehidupan ya.
ReplyDeleteTernyata juga bisa nambah kesukaan baru yang menyenangkan. K
Jadi lebih piawai mengatur pengeluaran ya Sis... dengan merantau terbentuk sikap mandiri dan bonusnya bs jadi traveler, traveller blogger pula ya
ReplyDeleteBeuh keren pengalaman merantaunya Kak.
ReplyDeleteAku sosok pria yg sekarang masih dalam perantauan.
Sama dengan kaka. Kadang sering di ajak temen pulang ke kampung halamannya beberapa hari.
Dari sini kita banyak dapat keluarga, cara pikir dan tentunya kekayaan berupa keluarga baru yg luar biasa.
keren kamu kak, karena tidak semua orang seberani dirimu, dan tidak semua orang punya kemauan dan kesempatan seperti kakak, semangat kak
ReplyDeleteBener banget sih, merantau itu banyak banget efeknya. Mulai dari kebiasaan, kemandirian, tanggung jawab, dll. Saya sendiri baru coba merantau sehabis kuliah. Dan tantangannya memang luar biasa hehe
ReplyDeleteKak Citra, dulu aku kepengen kuliah jauh dari orangtua. Tapi gak dikasih .Begitu lulus kuliah sengaja kerja ke kota kecil yang jauh dari orangtua . Ternyata aku bisa bertahan. Hehe cuma kepo dengan kemampuan diri sendiri.
ReplyDeleteMemang yang penting mengenali pribadi teman ya kak. Jangan sampai berteman dengan toxic friend . Mereka bisa mengajak kita ke arah yang gak baik
Wah bener banget nih, saya juga merantau biar bisa hidup mandiri, mengenal orang-orang baru dari daerah lain yang tentunya memiliki karakter berbeda. Bisa traveler juga, kan bosen kalo muter-muter disekitaran tempat tinggal aja.
ReplyDeletesetuju sekali, merantau itu dapat membuat orang lebih mandiri, tangguh, pantang menyerah, dan banyak pengalaman serta wawasan
ReplyDeleteSeru..seru... seru.... Semoga kapan2 saya bisa kayak Mbak yang bisa jalan2 gratis. hehe...
ReplyDeleteAnak rantau tau banget gimana rasanya nih, huhu aku dulu juga gitu kak waktu masih sama orang tua, manja banget, pas udah merantau jadi mandiri dan suka traveling
ReplyDeleteabsolutely agree mbak. merantau memang menjadikan kita banyak belajar dan mandiri. alhamdulillahnya kita diberikan lingkungan yang baik, maka dari itu memang sebelum melepas anak merantau baiknya mempersiapkan nilai dan imun diri yang banyak sebelum melihat realitas di luar sana
ReplyDeleteMaka dari itu saya lebih suka merantau mbak. Selain untuk menambah pengalaman juga bisa menambah teman.
ReplyDeleteItu kenapa orang tua zaman dulu nyuruh kita merantau. Beberapa orang tua zaman sekarang juga masih ada yang menyuruh seperti itu. Ternyata memang banyak hikmahnya ya.
ReplyDeletehahahaha aku merantau tapi ga bisa jadi traveller, karen ajdwal libur sedikittt kak cittttttttttttttt. sedih deh
ReplyDeleteWiihh enak ya kak, sering mbolang kemana mana..menjelajah isi dunia. Heheh
ReplyDeleteKesulitan yang Yuni alami ketika merantau ya harus jauh dari kedua orang tua. Karena sejak kecil nggak pernah pisah dari orang tua sih.
ReplyDeleteTapi merantau juga memang asyik sih. Betul kata mbaknya. Kita bisa jadi traveller.