AsiaButterflyTraveler.com- How if someone said your time is up? Apa yang akan
kamu lakukan? Dulu, aku berpikir bahwasanya aku tidak akan pernah keluar dari
kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Membayangkan, aku yang sekarang pada masa
remaja aku itu; Bagaikan kehidupan dalam dongeng, tidak pernah terbayangkan;
Apalagi di pikirkan. Setiap manusia memiliki roda kehidupan yang berbeda,
jangan sedih dan terpuruk, ketika roda kehidupan teman saat ini berada di bawah.
Namun, yakin dan berjuang lah untuk kehidupan yang lebih baik lagi di masa
datang.
Sejauh ini, aku baru tahu
kalau traveler itu ada banyak ragamnya. Aku cuma tahunya backpacker. Rupanya di
zaman now ini, jenis traveler itu sudah banyak banget seperti Solo Traveler,
Urban Traveler, Nature Traveler, The Setter, Thrill Seeker, Food Lover, The
Discover, The Adventure, The Luxury Traveler, The Couple Traveler, Nomad, dan
masih banyak lagi. Bahkan, Light Traveler juga termasuk jenis traveler baru
lho. Yang aku tahu itu, beneran backpacker atau traveler doang. Apapun gayanya pakai
suitcase atau ransel tetap saja backpacker. Aku pikir demikian. Bicara soal
backpacker, aku pernah punya pengalaman backpacker-an ke Yogyakarta lho.
Rupanya, sista Icha juga pernah membahasnya tahun 2018 lalu. Wow, keren kan!
Yogyakarta yang terkenal
sebagai kota pelajar itu sangat menarik. Tahun 2004, itu merupakan awal pertama
kalinya aku menginjakkan kaki di Kota Yogyakarta ini. Hidup di sana bagaikan
gelombang lautan, tidak bisa ditebak pasang dan surutnya. Namun, yang pasti aku
jatuh cinta dengan kota satu ini. Selain banyak tempat wisata kece. Yogyakarta
juga merupakan gudang kuliner yang lezat dan murah meriah.
Setelah menetap selama
beberapa tahun untuk menimba ilmu di Yogyakarta, akhirnya aku harus berpisah
dengan pelbagai kehidupan yang sudah aku nikmati selama di sana. Aku pun pulang
ke Kota Tanjungpinang dan tidak pernah terbayang bakalan balik lagi ke
Yogyakarta. Pada tahun 2014, aku berkesempatan traveling dan menyempatkan
mampir ke Yogyakarta selama beberapa hari untuk rest; sebelum melanjutkan
pertualangan.
Betapa terkejutnya aku, ketika
melihat perubahan Kota Yogyakarta dulu (2004) dan sekarang (2014) sangat jauh
sekali dan itu sangat menyenangkan! Khususnya daerah Malioboro dan itu luar
biasa sekali! Aku pikir, daerah sana tidak bisa berubah. Jalanan sempit dan
pastinya, tidak teratur, plus macet. Namun, pada tahun 2014, ketika aku
backpackeran ke Yogyakarta, nuansa Malioboro tidak hilang dalam ingatan.
Meskipun 90 persen sudah banyak berubah soal penataan ruang dan makin ciamik.
Dulu lorong koridor di
sepanjang jalan penuh dengan pedagang kiri dan kanan. Namun, sekarang sudah ada
space atau jarak untuk orang dengan mudah berjalan. Harganya pun masih sama,
bisa di nego. Duh, bagi yang demen shopping tawar dan menawar. Malioboro ini
adalah tempat yang pas untuk uji kemampuan dalam hal menawar harga. Bahkan,
bule aja pandai menawar harga. Sedangkan aku masih ada rasa nggak tegaan hahaha.
Bicara perdagangan, tidak
lepas tuh yang namanya uang dan transportasi. Bicara soal transportasi sekarang
sudah ada Trans Jogja yang harganya terjangkau; meskipun waktunya nggak tau
pasti kapan tiba dari satu halte ke halte lain. Asalkan tidak terburu-buru
untuk adventure, menggunakan Trans Jogja ini bisa lebih menghemat biaya transportasi lho. (pasalnya
tahun 2014 masih belum ada taksi online atau ojek online; sehingga kemana-mana
menunggunakan Trans Jogja).
Bicara soal uang, menurut aku backpacker itu ada beberapa kategori berdasarkan hasil pengamatan selama traveling dan berjumpa dengan orang-orang baru dan di lingkungan baru diantaranya:
- Backpacker high class; meskipun backpacker tapi sukanya nginap di tempat mewah dan makan di restauran berkelas.
- Backpacker medium; nginap di tempat yang comfortable, makan bisa di mana saja baik di restoran mewah maupun street food.
- Backpacker Normal, nginap di tempat yang harganya budget, makan juga di tempat yang harganya bisa terjangkau, nggak masalah mahal atau murah yang penting mencoba menu baru.
- Backpacker Kereh, nginap gratisan, makan cari yang paling termurah yang penting menikmati bisa discover ke tempat baru.
- Backpacker Couchsurfing; nginap gratis untuk memahami budaya lokal dan menghemat biaya penginapan yang lumayan “mahal”
Namun, apapun “kasta” yang
teman pilih, tetap saja backpackeran di Yogyakarta itu murah meriah banget!
Penginapan saja untuk kelas backpacker kereh pun bisa terjangkau lho. Pasalnya
(tahun 2014) harga penginapan ada yang dibawah Rp100,000 untuk semalam dan
bahkan sudah include dengan sarapan pagi. Bahkan ada juga yang sudah Rp100,000
lebih tanpa sarapan, tetapi kamar mandinya ada hot shower; dan terpisah alias tidak di gabung dengan penghuni
lain. Lokasi penginapan murah meriah ada di daerah Malioboro juga, jadi lebih
menghemat untuk biaya transportasi di daerah Malioboro dan sekitarnya.
Trans Jogja ke Prambanan dan Borobudur
Awalnya, aku pikir untuk
mencapai Candi Prambanan tidak dilalui transportasi umum. Ternyata aku salah,
bahkan dibawah 5000 saja, aku sudah bisa mencapai lokasi area Prambanan lho
menggunakan trans jogja. Kemudian bisa dilanjutkan dengan jalan kaki. Tidak terlalu jauh
dari pemberhentian trans Jakarta yang terakhir. Kendalanya adalah WAKTU. Nah, biasanya backpacker itu
nggak ada masalah soal waktu. Sebab, dia tidak pernah terburu-buru ke spot
wisata. Asalkan bisa sampai dengan cara murah meriah untuk kalangan backpacker
normal sampai ke bawah, tidak jadi soal. Apabila butuh waktu yang lama. Kalau tidak
salah butuh waktu sekitar 3 jam-an dari Maliboro sampai ke halte bus terakhir.
Sejauh yang aku ingat
mengeluarkan uang Rp1,000,000 untuk backpackeran di Yogyakarta itu sudah cukup
memuaskan. Bayangkan saja perhitungannya ya, jika kita backpackeran selama tiga
hari di Yogyakarta yakni:
- Biaya penginapan 3 hari x 100,000 = 300,000 IDR
- Biaya makan 3 hari x 100,000 = 300,000 IDR
- Biaya transportasi selama di Yogyakarta 150,000 (Note: ke Prambanan, Borobudur, Keraton dan sekitarnya, pantai)
- Biaya tiket masuk Rp 300,000 (Prambanan, Borobudur, Keraton, Pantai dll)
- Total = Rp 1,050,000 namun karena aku hemat di biaya makan; makan di tempat tongkrongan nasi kucing dan makan di pinggir jalan malioboro. Sehari aku hanya mengeluarkan biaya nggak sampai 100,000-an. Sudah puas menikmati nasi gudeng, bakso, jus dan jajanan jadul yang di jual di sana. Nah, ini gaya backpackeran “normal.”
Namun, bagi yang suka
tantangan, tentunya dan memiliki sim kendaraan roda dua menyewa kendaraan dan
keliling Yogyakarta untuk melakukan adventure juga bisa lho. Mungkin, lebih
murah dibandingkan menyewa mobil dengan driver di tahun 2014 saja waktu aku
searching saja Rp500,000 untuk 10 jam. Bahkan, kalau pas kena apes, macet; kita
harus bayar per hours. Wah, bagi aku yang SOLO traveler, tentu berat di ongkos
transportasi.
Adakah Cara Hemat Backpackeran di Yogyakarta?
Seorang teman dari Spanyol pernah backpackeran
ke Yogyakarta selama dua pekan. Dia mendapatkan host mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta. Selama di sana, dia tidak
perlu membayar uang penginapan; termasuk tidak perlu membayar biaya sewa motor.
Dia hanya perlu mengeluarkan uang bensin, tiket (dirinya sendiri) dan juga
biaya makan dia dan host. Kalau di hitung-hitung jatuhnya jadi murah meriah.
Tentu saja bisa!
Caranya bagaimana? Teman tau situs
couchsurfing.com yang banyak digunakan pelancong untuk mendapatkan penginapan
GRATIS? Nah, kebanyakan mereka (para turis luar negeri) pernah menggunakan situs
ini bagi kalangan backpacker, bahkan tidak hanya solo traveler tetapi juga
couple atau small group pernah menggunakan situs ini untuk mendapatkan
penginapan gratis.
Namun, sayangnya penulis di
Blog Asiabutterflytraveler.com ini belum pernah mencoba menggunakan situs
tersebut untuk liburan di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Namun, pernah
menggunakan di Singapura dan Malaysia. Soalnya, waktu itu test drive di lokasi
terdekat sebelum mencoba di Europe (dulu, impian terbesar keliling dunia hahaha
makanya mencari pelbagai informasi mengenai adventure tanpa mengeluarkan biaya (coast) penginapan yang paling besar; dibandingkan biaya lainnya. Nah, cerita ini
bakalan di ceritakan minggu depan ya! So, jangan kemana-mana tetap intip terus
blog butterfly ya.
Back to topic, bagaimana
menekan biaya transportasi agar bisa mengelilingi Yogyakarta tanpa harus “solo”
rent mobil. Cari grup backpacker khusus Yogyakarta, open trip yang jalurnya
sesuai dengan perencanaan. Niscaya, biaya transportasi untuk menikmati
pertualangan menantang di Yogyakarta pun bisa tercapai tanpa perlu merogoh
kantong lebih dalam lagi. Tips satu ini jangan lupa untuk di intip di blog
jejakcantik.com saja ya.
KESIMPULANNYA, liburan di
Yogyakrta itu bisa lebih HEMAT dibandingkan liburan di daerah lain yang ada di
Indonesia. Pasalnya, Yogyakarta itu masih terkenal sebagai kota pelajar.
Makanya, biaya makanan enak itu masih terjangkau sampai sekarang. Ada beberapa
wisata yang ingin aku kunjungi lagi kedepannya kalau pandemic covid-19 ini berakhir.
Aku ingin mencoba pertualangan ke gunung merapi dan mencoba menggunakan jeep
untuk adventure di lokasi yang konon katanya anti mainstream hahaha.
Kemudian dilanjutkan ke hutan pinus, kangen banget ke pantai yang berbatu (ayo
tebak nama pantainya apa, kebetulan aku saat ini lupa nama pantainya tapi masih
ingat hurufnya berawalan B).
Menikmati malam di kaliurang
sambil makan jagung bakar hahaha. Ini mah, masa kuliah banget! Habis
ospek kami dibawa bersenang-senang ke kaliurang; menikmati nuansa dingin dan
persahabatan dengan teman baru. Jadi, bagi yang merasa backpacker “normal”
dengan biaya pas-pasan tetap bisa koq menikmati pelbagai pertualangan seru di
Yogyakarta; bahkan sampai kena tipu becak pun pernah. Padahal, dah tau seluk
beluk Yogyakarta, tetap saja bisa kena tipu hahaha. Pertualangan seperti apa yang selalu menjadi kenangan manis asam yang tak terluapakan ketika backpacker-an?
Note: Hasil photo kurang maksimal, pada masa itu masih menggunakan blackberry dan samsung note ace 3
Be traveler as the way you are
XOXO
Visit my storycitra, kitabahagia, jejak cantik, petunjukhidup, ngerumpi blog
TOsss kita kak Citra. Aku dibilang gak pande nawar sama Keluarga. Padahal gak tegaan kan ya..
ReplyDeleteJogja itu emang selalu ngangenin ya kak. Dengan biaya traveling yang gak mahal memang aku pengen banget bareng anak nanti main ke sana..
Kata orang, kalau kita baru mulai traveling dan dengan budget terbatas pula maka Jogja memang kota yang cocok. Wisatanya banyak, budayanya kental, kulinernya lezat, dan harganya terjangkau. Dulu ke sana zaman kuliah sama teman-teman, kita berlomba siapa yang dapat barang yang sama dengan harga yang paling murah. Jadi kangen deh ke Jogja lagi.
ReplyDeleteYogyakarta nih emang terbaik untuk wisata ya sista, lengkap dan kumplit destinasinya... ga pernah bosan jelajah wisata Yogya..duh semoga pandemi ini cepat berlalu spya bisa ngebolang lagi ke Yogya hehe
ReplyDeleteSista, aku br aja dr Jogja akhir Januari lalu, iya ya Jogja berubah banget sekarang, makin ruamee, hehe... Tp always ngangenin. Pingin ke sana lg ah kl memungkinkan, soalnya banyak obwis baru yg belum didatangi
ReplyDeleteBaru tau juga aku Kak, kalo backpacker juga terbagi dalam beberapa kelompok. Deuh, kalo jadi backpacker bakal masuk di kelompok mana yaa. Hahaha
ReplyDeleteMakanan di jogja masih sangat terjangkau ya sista citra, apalagi di pasar tradionalnya. Sumpah kalap borong makanan waktu menginap di rumah saudara dan diajak jajan dulu wkwkwk e tapi kalau wilayah wisata ya kurang lebih sih ya
ReplyDeleteMakanan di jogja masih sangat terjangkau ya sista citra, apalagi di pasar tradionalnya. Sumpah kalap borong makanan waktu menginap di rumah saudara dan diajak jajan dulu wkwkwk e tapi kalau wilayah wisata ya kurang lebih sih ya
ReplyDeleteKalo jaman single, saya ke Yogya jadi backpacker kereh dan normal. Setelah punya anak, jadi backpacker medium, karena harus nyari tempat yang nyaman buat anak.
ReplyDeleteemang jalan-jalan ke jogja itu murah ya mba, saya juga beberapa kali ke jogja seneng bener apa-apa murah dan makanannya banyak yang enak haha. sama loh saya kalo soal nawar juga susah bangeeet, gak tega. jadi iya iya aja padahal bisa lebih murah ya haha.
ReplyDeleteYogyakarta ini top priority keluarga kami buat staycation dan liburan setelah pandemi ini. Tinggal nunggu waktu yang pas, begitu new normal sudah mendingan. Duh, bingung itu istilahnya apa. Hahahaha. Menarik-menarik yaaa Kak Citra.
ReplyDeletejalan-jalan ke Jogja tuh selalu dirindukan
ReplyDeletesuasana jogja berasa nyaman banget
pernah ke jogja, karena lelah akhirnya berjam-jam duduk di pinggiran malioboro
bahagiaku sederrhana hihhi
Baca tulisan Mbak Sis ini bikin saya jadi pengen ke Yogyakarta juga, biaya liburan di sana murah memang ya,cuma ongkos pesawat ke sana cukup mahal, jadi mesti nabung, hehe
ReplyDeleteBackpacekr-an paling berkesan yang pernah saya lakukan ya ke Yogya juga, Kak. Padahal pernah tinggal di kota ini selama 5 tahun. Tiap tahun datang ke kota ini juga, tapi pas backpacer-an sendiri ke sini rasanya beda banget. Ada antusiasme yang amat istimewa :)
ReplyDeleteaku tahun kemain baru saja ke borobudur sebelum muncul corona, di sana apa apa serba murah kak, intinya sih selama masih di jawa tengga semua masih murah dari pada kota-kota lain. tapi pas aku ke borobudur rame kak jadi pas foto sedikit kurang bagus karena mau cari tempat ynag sepi dan bagus susah.
ReplyDelete